Jumat, 03 September 2010

KTI DM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG ULIN
RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA
TANGGAL 17-19 AGUSTUS 2010


KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dalam rangka
Ujian Akhir Program D III Keperawatan
Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda
Tahun Akademik 2009/2010


Oleh :
SUMADI
NIM : 7220 05S0 7113











YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMATAN TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN YARSI
SAMARINDA
2010


RIWAYAT HIDUP




Nama : Sumadi
NIM : 7220 05S0 7113
Tempat, tanggal lahir : Bontang 03 November 1989
Suku/bangsa : jawa / Indonesia
Alamat : Jl. Labu putih Blok.B RT. 12
Riwayat pendidikan : SDN 002 Bontang lulus tahun 2001
SLTP Negeri 3 Sangatta lulus tahun 2004
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta lulus tahun 2007
Akper Yarsi Samarinda Angkatan VIII
Cita-cita : Selalu berusaha melakukan yang terbaik
Motto : Orang yang sukses adalah karena punya banyak cara, sedangkan orang yang gagal karena punya banyak alasan.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat kesehatan penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tidak akan terlupakan dan selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat dan keluarga beliau.
Akhirnya dengan waktu yang diberikan penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda, tanggal 17 – 19 Agustus 2010
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
1. Ibu Hj. Dayang Sri Haryati, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Yayasan Rumah Sakit Islam Samarinda
2. Bapak Dr. H. Andi Madjid Nurdin, Sp.PD selaku Direktur Rumah Sakit Islam Samarinda
3. Ibu Nadira, Amd.kep selaku kepala ruangan Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda
4. Bapak Dedi Ahmadi, S.kep,.Ns selaku pembimbing, penguji praktik keperawatan di Rumah Sakit Islam Samarinda, serta penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Ns.Sri Handayani Spdl.,S.Kep, selaku penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ibu Lisna Wati, Amd,Kep. selaku penguji Karya Tulis Ilmiah dan penguji dalam praktik keperawatan di Rumah Sakit Islam Samarinda.
7. Ibu Andi Sitti Jamilah, A.Kp selaku penguji Uji Sidang dalam Karya Tulis Ilmiah
8. Seluruh staf dan dosen pengajar Akedemi Keperawatan Yarsi Samarinda
9. Staf Perpustakaan Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda
10. Keluarga Tn. A sebagai klien yang diberikan asuhan keperawatan dan peran aktifnya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
11. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a, dorongan semangat baik materi maupun non materi.
12. Istriku tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat baik materi maupun non materi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
13. Teman-teman seperjuangan di keperawatan KMB : Fandi Ahmad dan Ayu Ramadani yang senantiasa selalu membantu dan mendukung serta memberikan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
14. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda Angkatan VIII (Gen-8) serta semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun metode penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia keperawatan selanjutnya.


Samarinda, 2 September 2010


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul i
Lembar Persetujuan ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Riwayat Hidup iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar tabel ix
Daftar lampiran x
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 4
1.4 Ruang lingkup 5
1.5 Metode Penulisan 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasa Keperawatan Diabetes Melitus 8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus 19
BAB 3 : METODE STUDI KASUS
3.1 Lokasi dan waktu pengambilan kasus ...................................39
3.2 Metode pengambilan kasus ...................................................39
3.3 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data......................39
BAB 4 : TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian 44
4.2 Diagnosa Keperawatan 61
4.3 Intervensi 63
4.4 Implementasi 67
4.5 Evaluasi 76
BAB 5 : PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian 83
5.2 Diagnosa Keperawatan 85
5.3 Intervensi 88
5.4 Implementasi 88
5.5 Evaluasi 90
BAB 6 : PENUTUP
6.1 Kesimpulan 91
6.2 Saran 92
Daftar Pustaka ...................................................................................................94
Lampiran-lampiran ...........................................................................................95

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Laboratorium darah lengakp ................................................45
Tabel 4.2 : Hasil Laboratorium kimia darah ...................................................47
Tabel 4.3 : Terapi obat ....................................................................................48
Tabel 4.4 : Klasifikasi data pada Tn. A di Ruang Ulin....................................54
Tabel 4.5 : Analisa Data Pada Tn. A di Ruang Ulin........................................59
Tabel 4.6 : Perencanaan Keperawatan pada Tn. A di Ruang Ulin...................63
Tabel 4.7 : Implementasi Keperawatan pada Tn. A di Ruang Ulin.................67
Tabel 4.8 : Evaluasi pada Tn. A di Ruang Ulin...............................................76










DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 penyimpangan KDM Diabete Melitus ..............................................19
Gambar 4.1 Genogram Tn. A.................................................................................45

2.1.10 Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia berdasarkan Patofisiologi
Skema 2.1 Penyimpangan KDM pada Tn. A di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda
Faktor Genetik - Pangkreatitis Akut - Faktor Usia
- Faktor Obesitas -Pola makan
- Factor hormonal

Gangguan / perubahan pada sel pancreas

Kemampuan Faktor sel β pulau Langerhans terganggu

Penurunan sekresi insulin oleh sel β pulau Langerhans

Defisiensi Insulin Berat


Pe kemampuan Pe glukosa dalam darah katabolisme metabolisme lemak
Reseptor insulin
Protein terganggu
glukosa dalam darah Me Viskositas darah me asam amino me tubuh memecah lemak
untuk menghasilkan energi
insulin tidak mampu
membawa glukosa Glukogenesis
ke dalam tubuh Gg. Mikrovaskuler Pe suplai O2 keton terproduksi sbgai
Pada retina ke arteri otak Membrane sel produk
hiperglikemia (ketogenesis )
tubuh tidak mendapat nutrisi
ketidakmampuan sel ketajaman penglihatan
Melakukan proses Glukosuria senyawa keton bertumpuk
tubuh kehilangan energi Oksidasi aerob dalam darah
ekskresi cairan dan elektrolit (ketonemia/ketonuria)
kelemahan jaringan nekrosis
badan keton meningkat

Luka ganggrene
asidosis
ketidak mampuan Perkembangan bakteri Deurisis osmotic
melakukan ADL
secara mandiri Perfusi jaringan kulit poliuria ketoasidosis bersifat asam terganggunya
hidrogen pada
Terjadinya infeksi kehilangan asidosis HCl me sel otak
Cairan metabolik
Hipotonik Nyeri abdomen terjadi
Hiperventilasi mual,muntah pada sel
Penipisan volume pe nafsu makan
sesak napas anoreksia terjadinya
Dehidrasi koma
Pernapasan masukan nutrisi diabetik . kusmaul inadekuat

Penurunan vol Darah


Kegagalan sirkulasi
Perifer



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam mewujudkan Indonesia sehat 2010, diperlukan adanya peningkatan mutu kesehatan terutama dalam hal mendeteksi secara dini tentang penyakit degeneratif. Dengan adanya pergeseran gaya hidup masyarakat terutama yang bermukim di perkotaan memicu tingginya angka penyakit degeneratif Jantung, Hipertensi, Gagal Ginjal dan Diabetes Melitus. Yang merupakan faktor pencetus penyakit Diabetes Melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan ringan menyebabkan orang dewasa malas untuk bergerak sehingga orang dewasa cenderung mengalami kegemukan, sehingga hal ini dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus baik pada anak – anak maupun orang dewasa. (http://www.hamline.edu/apakabar 2002)
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-empat terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar setelah India, China dan Amerika Serikat. Dari berbagai laporan didapatkan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) baik di dunia maupun di Indonesia makin lama makin meningkat. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap Diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita Diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur. Di Kalimantan Timur, penyakit DM telah menduduki urutan kelima dari 10 penyakit terbanyak di propinsi tersebut. Bahkan sekitar 25% dari pasien penyakit dalam yang dirawat di rumah sakit di Kaltim adalah penderita penyakit DM (http://www.hamline.edu/apakabar 2002) dan di Rumah Sakit Islam Samarinda jumlah pasien 6 bulan terakhir (Februari 2010 – Juli 2010) sendiri didapatkan data pasien yang mengalami penyakit Diabetes Mellitus ialah 32 pasien di rawat inap laki – laki berjumlah 14 dan perempuan berjumlah 18 pasien, diruang ulin tempat dimana kasus ini diangkat telah mencapai 4 pasien dalam 6 bulan terakhir. ( Rekam medik rumah sakit islam samarinda)
Adapun penyebab dari Diabetes Melitus yaitu pola makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan ringan menyebabkan orang dewasa malas untuk bergerak sehingga orang dewasa cenderung mengalami kegemukan dan dampak dari penyakit Diabetes melitus ialah bila kadar gula darah tinggi diatas 200 mg, maka mempunyai sifat racun dan akan merusak organ vital lain seperti Jantung, Ginjal dan pembuluh saraf secara sedikit demi sedikit,” maka solusi yang perlu diperhatikan ialah Pengaturan pola makan merupakan pilar utama pengelolaan Diabetes Mellitus.
Data diatas menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam kesehatan. Peran perawat sangatlah penting terutama ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengaturan pola makan seperti : meminimalkan mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar gula tinggi, membiasakan keseimbangan antara aktivitas dengan mengkonsumsi glukosa, diet dan olahraga. Berdasarkan uraian diatas maka penulis memberikan Asuhan Keperawatan secara nyata pada Tn. A dengan Diabetes Melitus.

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini meliputi :
a. Melakukan pengkajian pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
d. Melaksanakan implementasi pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.
f. Mendokumentasikan keseluruhan hasil asuhan keperawatan yang telah diterapkan pada klien Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda.

1. 3 Manfaat Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan harapan agar dapat memberikan manfaat berupa :
1.3.1 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi akademik keperawatan yayasan rumah sakit islam samarinda.
1.3.2 Manfaat bagi IPTEK
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan pengembangan yang sangat pesat.
1.3.3 Manfaat bagi masyarakat, Keluarga dan klien
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Melitus dan cara perawatannya.
1.3.4 Manfaat bagi perkembangan profesi keperawatan
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan serta penulisan karya tulis ilmiah sesuai dengan ilmu dan data yang di dapatkan.

1.4 Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian di atas maka ruang lingkup penulisan adalah pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus yang dilaksanakan di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda dari tanggal 17 sampai dengan 19 Agustus 2010.

1.5 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah menggunakan metode Deskriptif melalui studi kasus dan studi kepustakaan dengan metode pendekatan asuhan keperawatan.
Adapun tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah tindakan yang langsung digunakan kepada klien dengan cara mengamati keadaan umum dari perilaku klien.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang dilakukan langsung pada pasien dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah teknik perawatan untuk memperoleh data sesuai dengan kasus yang dikelola melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah poses pencatatan yang dilakukan perawat dari keadaan klien, seperti catatan medis maupun catatan keperawatan dan laboratorium.
e. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah proses untuk mendapatkan dasar teoritis yang berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah. Adapun sumber tersebut dari beberapa buku – buku dan sumber lainnya yang bersifat ilmiah.

1.6 Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari enam bab, yang secara sistematika disusun dengan susunan sebagai berikut :
a. Bab 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan khusus, manfaat penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
b. Bab 2 : Tinjauan Pustaka menguraikan tentang konsep dasar medis dan konsep dasar asuhan keperawatan Diabetes Melitus.
c. Bab 3 : Metode Studi Kasus, terdiri dari lokasi, waktu penelitian, prosedur pengambilan atau pengumpulan data dan metode penulisan.
d. Bab 4 : Tinjauan kasus, menguraikan tentang pembahasan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
e. Bab 5 : Pembahasan, menguraikan tentang kesenjangan antara asuhan keperawatan teoritis dan asuhan keperawatan dari kasus yang ditemukan.
f. Bab 6 : Penutup, yang terdiri atas simpulan dan saran.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Diabetes Melitus
2.1.1. Pengertian
Diabetes Mellitus ialah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 2002).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. (Smeltzer & Bare, 2002 )
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara tepat. (http://www.diabetesmellitus.com, maryland 2009).

2.1.2. Etiologi
a Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi penyakit itu sendiri melainkan mewarisi suatu factor predisposisi atau kecenderungan kearah terjadinya penyakit genetic diabetes. (Smeltzer & Bare, 2002)

b Faktor Imunologi
Terdapat bukti adanya suatu respon otoimun merupakan jaringan abnormal yang mana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang seolah-olah dianggap sebagai suatu jaringan yang asing. (Smeltzer & Bare, 2002)

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (dependent diabetes mellitus (DDM).
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena ses-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar : akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih pula. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. (Smeltzer & Bare, 2002)
b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (insulin dependent diabetes mellitus (IDDM).
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada Diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes tipe II. (Smeltzer & Bare, 2002)

c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
1) Efek kerja insulin, resistensi insulin tipe A.
2) Penyakit eksorin pankreas
3) Endokrinopati
4) Karena zat kimia/obat : pentamidin, asam nikotinat, tiazid, dilantin, dll.
5) Infeksi : Rubella congential, dll
6) Sindrom genetic lainnya : sindrom dows, sindrom klinefelter, dll
d. Diabetes Mellitus gestational (GDM).
Keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.

2.1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dikaitkan dengan konsekuensi tubuh terhadap metabolik defisiensi insulin. Klien yang mengalami defisiensi insulin tak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Kalau hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka timbul glukosuria, glukosuria ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine ( poliurine ) dan timbul rasa haus (polidipsi ). Karena glukosa hilang bersama urine, maka klien menderita keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin hebat ( poliphagi ) yang timbul akibat banyak kalori yang hilang dan klien mengeluh lelah dan ngantuk. (Price, 2002)

2.1.5 Tanda dan Gejala

a. Rasa haus berlebihan
b. Sering kencing
c. Cepat lapar
d. Cepat kehilangan berat badan.
e. Mudah lelah.
f. Kesemutan pada jari tangan dan kaki.
g. Gatal - gatal.
h. Luka sukar sembuh.
i. Penglihatan kabur.

2.1.6 Patofisiologi
Insulin di sekresikan oleh sel beta yang merupakan salah satu dari 4 sel yang ada dalam pulau langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon menyimpan kalori, apabila sesorang mengkosumsi makanan sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel otot, hati dan lemak. Dalam sel-sel tersebut insulin menimbulkan efek yaitu : menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot, meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan, mempercepat pengangkutan asam amino yang berasal dari protein ke dalam sel. Insulin juga menghambat pemecahan glukosa protein dan lemak yang disimpan.
Selama masa puasa pankreas akan melepaskan sejumlah kecil insulin secara terus menerus bersama dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, insulin dan glukagon secara bersama-sama mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan dengan menstimulasi pelepasan glukosa dalam hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan glikogen, setelah 8-12 jam tanpa makanan hati akan membentuk glukosa dari pemecahan zat lain.
Terjadinya proses auto imun menyebabkan ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin dikarenakan sel beta pada pankreas telah dihancur oleh proses auto imun sehingga produksi glukosa tidak dapat terukur oleh hati, jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria) ketika glukosa yang dilepaskan pada urine ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) dan sebagai kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (Polidipsia)
Pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia, disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. (Price, 2002)

2.1.7 Komplikasi
Diabetes Mellitus jika ditangani dengan tidak baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi yang pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopatik diabetik).
a. Komplikasi akut DM
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Meskipun hiperglikemia dan ketoadsidosis telah teratasi , pasien tetap berisiko mengalami serangan ulang. Oleh karena itu kadar glukosa darah serta krton urin perlu dipantau.
2) Ketidakseimbangan elektrolit
Kelebihan cairan dapat terjadi akibat pemberian cairan dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi yang sering dilakukan mengatasi ketoasidosis diabetik atau sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik ( HHNK ) untuk menghindari kelebihan cairan dan gagal jantung kongestif serta edema pulmoner yang diakibatkan kelebihan cairan
3) Hiperglikemia, hiperosmolar
Perubahan tingkat kesadaran ( sense of awarenness ), kelainan dasar biokimia pada sidrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit untuk mempertahankan keseimbangan osmotik cairan dan akan berpindah dari ruangan intrasel kedalam ruangan ekstrasel.
4) Hipoglikemia (reaksi insulin)
Hipoglikemia dapat terjadi pasien melewatkan atau menunda waktu makan, tidak mengikuti diet yang telah diprogramkan. Disamping itu, baik pasien yang dirawat inap maupun pasien rawat jalan, yang berpuasa sebelum pemeriksaan diagnostik, berisiko mengalami hipoglikemia
b. Komplikasi kronik DM :
1) Komplikasi makrovaskuler
komplikasi makrovaskuler adalah : Coronary anteri disease (CAD) atau perubahan arterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner akibat penurunan aliran darah, hipertensi, infeksi, cerebro vaskuler disease dan penyakit vaskuler perifer. Penyakit makrovaskuler menunjukkan aterosklerosis dengan pengumpulan lemak di dinding pembuluh darah lapisan dalam.
2) Komplikasi mikrovaskuler
mikrovaskuler berhubungan dengan perubahan pada kapiler mata dan ginjal. Pada mata dapat terjadi retinopati diabetik, pandangan kabur dan katarak. Pada ginjal dapat terjadi neupropati. Neupropati adalah komplikasi diabetes melitus yang paling umum.
Neupropati perifer adalah komplikasi tersering, pada awalnya menyebabkan hilangnya sentakan di pergelangan kaki dan tidak adanya sensasi getar pada ekstermitas bawah

2.1.8 Penatalaksanaan Medik Diabetes Mellitus
a. Tujuan penatalaksanaan medik pada diabetes mellitus adalah :
1) Jangka pendek : Menghilangkan keluhan atau gejala diabetes mellitus dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
2) Jangka panjang : Mencegah penyakit, baik makroangipati, mikroangipati maupun neuropati dengan tujuan akhir menurunkan mordibilitas dan mortabilitas diabetes mellitus. Caranya yaitu dengan “menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin”.
3) Pilar utama pengelolaan diabetes mellitus :
a) Penyuluhan
Penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh dokter yang mengobati tetapi oleh segenap jajaran terkait dengan pengelolaan diabetes mellitus termasuk perawat, ahli gigi, sesuai dengan bidang masing-masing.
b) Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah komposisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi, umur dan keadaan jasmani untuk mencapai dan mendapatkan berat badan idaman.
c) Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 minggu) selama lebih 30 menit yang sifatnya kontinue, berjarak, mengalami kemajuan dan latihan ketahanan.
d) Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar glukosa darahnya belum tercapai.

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya.
2) Kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya ialah 80 mg/dl dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas normal atas kadar normal. Kadar glukosa diatas nilai ini seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes melitus.


3) Uji toleransi glukosa
Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per kilogram berat badan maka kadar glukosa darahnya akan meningkat dari kadar kira – kira 90 mg/dl menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini kan menurun ke nilai normalnya.
4) Pernapasan aseton
Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada penderita diabetes berat dapat diubah menjadi aston. Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan melalui udara ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat membuat diagnosis diabetes mellitus hanya dengan mencium bau aseton pada napas pasien. (Guyton & Hall, 1996)
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Insulin darah
Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada ( pada tipe I ) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengidentifikasi insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaan ( endogen atau eksogen ).




2.2 Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
a. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. ( Perry & Potter, 1997 ).
b. Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat yang dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan. ( Carpenito, 1998 ). Adapun tahap dalam melakukan Asuhan Keperawatan yaitu :

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dimana data / informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan. Manfaat pengkajian keperawatan adalah membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan klien, kekuatan serta kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan, yang terdiri dari 3 tahap, yaitu pengumpulan, pengelompokkan dan pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan ( Gaffar, 1999 ).


Menurut Marillyn E. Doenges ( 2000 ) pengkajian meliputi:
a. Aktivitas istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang menurun atau tak ada. Distritmia. Krekels; DVJ (GJK). Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang. Nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asitesis. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
e. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus. Penggunaan diaretik (tiazid).
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau distensi abdomen, muntah. Pembesaran iroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosenseri
Gejala : Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas. Kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menueun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.
i. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
j. Penyuluhan atau Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke, Hipertensi, fenobarbital penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat sepertisteroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat meningatkan kadar glukosa darah).
Pertimbangan :
Rencana Pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor – faktor yang berkonstribusi atau menghilangkan masalah. Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah (Hidayat,2001).
Langkah – langkah menentukan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Klasifikasi dan analisa data.
b. Interpretasi data.
c. Validasi data.
d. Perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut Carpenito ( 2000 ), dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu :
a. Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan klinik yang ditemukan. Syarat menegakkan diagnosa aktual harus ada unsur PES ( Problem, Etiologi, Sign dan Symptom ), harus memenuhi kriteria mayor ( 80 % - 100 % ) dan sebagai kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.
b. Risiko : Menjelaskan masalah nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan diagnosa keperawatan risiko, adanya PE ( Problem dan Etiologi ). Penggunaan istilah “ risiko dan risiko tinggi ” tergantung dari tingkat keparahan / kerentanan terhadap penyakit.
c. Kemungkinan : Menjelaskan perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung, yang dapat menimbulkan masalah. Syarat menegakkan diagnosa keperawatan kemungkinan adanya unsur respon ( problem ) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah.
d. Masalah keperawatan Wellness ( sejahtera ) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada, yaitu sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi dan adanya status dan fungsi yang efektif.
e. Diagnosa keperawatan Syndrome adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul / timbul karena suatu kejadian / situasi tertentu. Manfaat diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
Menurut Marylin E. Doenges tahun, 2000 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien diabetes mellitus adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperalikemia).
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaanglukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak).
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
d. Perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endosen = ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi

2.2.3. Perencanaan
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien .( Hidayat,2001).
Langkah – langkah perencanaan untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang aktual atau potensial sehingga melakukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang biasa digunakan adalah hirarki “ kebutuhan manusia“.
b. Menulis Kriteria hasil.
Tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau keterampilan perawat.
Pedoman penulisan kriteria hasil :
1) Berfokus pada klien
2) Singkat dan jelas.
3) Dapat diobservasi dan diukur.
4) Ada batasan waktu.
5) Realistik.
6) Ditentukan oleh perawat dan klien.
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan “ SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable ( tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang prilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai ).
R : Reasonable (( tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah ).
T : Time ( waktu keperawatan ).
c. Rencana Tindakan.
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam membantu mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasar komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan sesuatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor - faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Kriteria rencana tindakan :
1) Konsisten dengan rencana tindakan.
2) Berdasarkan prinsip – prinsip ilmiah ( rasional ).
3) Berdasarkan situasi individu klien.
4) Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapuetik.
5) Menciptakan suatu situasi pengajaran.
6) menggunakan sarana yang sesuai.


Adapun rencana keperawatan pada Diabetes Melitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperalikemia).
Rencana tindakan :
1. Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan dengan lamanya, intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan.
Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan cairan total, tanda dan gejala mungkin sudah ada sebelumnya.
2. Pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah orto statik.
Rasional : Hipovolemia dapat diartikan oleh hipotensi dan tachicardia, perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat diukur ketika sistolik turun 10 mmHg
3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat
4. Kaji suhu, warna kulit, atau kelembabannya.
Rasional : indikator terjadinya dehidrasi pada klien.
5. Ukur BB setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang akurat terhadap status cairan.

6. Kolaborasi dalam pembemberian cairan sesuai indikasi.
Rasional : memberikan pemenuhan cairan yang dibutuhkan
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak).
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : mengkaji pemasukan makan yang adekuat
2. Tentukan program diet pasangan dan pola makan klien, dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan oleh pasien
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terpeutik
3. Berikan makan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera.
Rasional : pemberian makan melalui oral akan lebih baik
4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik kultur.
Rasional : kerjasama ini dapat dilanjutkan setelah klien pulang
5. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan rasa kebersamaanya dan menambah informasi yang dibutuhkan keluarga.
6. Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah.
Rasional : memantau kadar gula dalam darah.
c. Resti infeksi terhadap sepsis b/d kadar glukosa tinggi.
1. Observasi adanya tanda – tanda peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka.
Rasional : Pasien mungkin telah masuk dengan infeksi yang telah mencetuskan keadaan ketoasidosis.
2. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur infasif.
Rasional: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menajdi media yang baik bagi kuman
3. Berikan perawatan luka secara teratur
Rasional : mengurangi terjadinya infeksi lebih lanjut.
4. Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat.
Rasional: menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
5. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.
Rasional: mengindentifikasi organisme yang masuk kedalam tubuh
6. Berikan anti biotic yang sesuai.
Rasional : penangan awal dapat membantu terjadinya sepsis.
d. Perubahan sensori perseptual : resiko tinggi terhadap perubahan kima endogen.
1. Pantau tanda – tanda vital dan status mental pasien
Rasional : sebagai dasar temuan untuk intervenso yang tepat
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan tempat ruangan, dan kebutuhannya
Rasional : menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak.
3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin.
Rasional : membantu pasien tetap berhubungan dengan realitas.
4. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien
Rasional : meningkatkan tidur, dan mengurangi rasa letih pada pasien.
5. Berikan tempat tidur yang lembut
Rasional: meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kerusakan kulit
e. Ketidakberdayan b/d proses penyakit jangka panjang
1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan dirumah sakit
Rasional : mengidentifikasi area perhatiannya dan pemecahan masalah
2. Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya di masa lalu
Rasional: pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan
3. Tentukan tujuan atau harapan keluarga dan klien
Rasional : harapan yang tidak realistis dapat membuat klien dan keluarga tertekan. dan frustasi

f. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik.
1. Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas.
Rasional: pendidikan dapat memotivasi klien untuk melakukan personal hygiene dan aktivitas.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan
3. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
4. Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
Rasional : pasien akan dapat banyak melakukan kegiatan dengan penurunan energi setiap kegiatan
5. Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri positif sesuai tingkat aktivitas.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan, b/d kurangnya informasi.
1. Ciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan.
Rasional : BHSP diperlukan selama komunikasi berlangsung pada saat perawatan


2. Buat jadwal latihan atau aktivitas yang teratur.
Rasional : waktu latihan tidak boleh bersamaan khususnya pada saat pada kerja insulin.
3. Intruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutin pada kaki dan perawatan kaki tersebut.
Rasional : mencegah komplikasi yang terjadi berhubungan dengan neuropat.
4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur jawab pertanyaan pasien atau orang terdekat.
Rasional: pemberian informasi dapat menurunkan terjadinya kejadian ketoasidosis.
5. Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat.
Rasional : dukungan kontinue biasanya penting untuk menopang perubahan gaya hidup.

2.2.4. Implementasi atau pelaksanaan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat klien. Hal – hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan ( Gaffar, 1999 ).
Ada tiga fase implementasi keperawatan, yaitu :
a. Fase Persiapan.
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan.
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan perawat yang diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang timbul.
4) Menentukan dan memepersiapkan peralatan yang diperlukan.
5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
6) mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dan potensial tindakan.
b. Fase Intervensi.
1) Independen adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2) Interpenden adalah tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.
3) Dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.


4) Tindakan Medis.
Pelaksanaan adalah tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang tepat dan akurat terhadap suatu kejadian dalam keperawatan. Dokumentasi klien memberikan bukti tindakan keperawatan mandiri maupun kolaboratif yang dilakukan perawat .
c. Fase terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Pelaksanaan intervensi keperawatan dengan Diabetes Melitus dilakukan berdasarkan standar intervensi dari masing-masing masalah keperawatan.

2.2.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal – hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan Komponen evaluasi hasil dapat dibagi menjadi 5 komponen, yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. merangkum hasil dan membuat keimpulan.
e. melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Dalam penulisan karya tulis ilimiah ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk dokumentasi evaluasi yaitu : SOAP, SOAPIER, DAR.
S : Data subjektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data objektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan
A : Pengkajian merupakan analisa data subjektif dan objektif
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi.
Tiga kategori berikut ini kadang-kadang ditambahkan pada daftar SOAP
I : Intervensi, catat implementasi jika belum tercakup dalam plan atau perencanaan.
E : Evaluasi, catat dampak dari rencana ( plan ) ( dan intervensi jika menggunakan kategori ) pada analisis ( diagnosis ) dan dapat dicatat dalam waktu yang berbeda dari pencatatan daftar SOAP awal.
R : Revisi, diagnosa keperawatan, intervensi, tujuan atau
tanggal hasil dapat di revisi pada bagian ini.
DAR adalah singkatan huruf pertama dari “ Data, Aksi, Respons “ juga dikenal sebagai pencatatan FOKUS.
D : Data, setiap hasil pengamatan yang signifikan dapat dimasukan. Berbeda dengan dokumentasi pada format SOAP, data subyektif tidak dipisahkan dari data objektif.
A : Aksi, mendokumentasi intervensi yang sedang dan akan dilakukan ( direncanakan ).
R : Respons, mendokumentasi respons pasien terhadap aksi.

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. ( Hidayat, 2001 ).
Dokumentasi keperawatan sangat penting dalam pelayanan keperawatan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai masalah yang dialami klien.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (Nursalam,2001). Memberikan panduan sebagai petunjuk cara pendokumentasian dengan benar yaitu :
a. Jangan menghapus dengan tipe-x atau mencoret tulisan yang salah. Cara yang benar adalah membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata “salah” lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar.
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien atau tenaga kesehatan lain. Tulisan hanya uraian obyektif perilaki klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
c. Koreksi kesalahan sesegera mungkin.
d. Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan realible.
e. Jangan biarkan pada catatan akhir perawat kosong.
f. Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas.
g. Catat hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
h. Hindari penulisan yang bersifat umum. Tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.
i. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan.
Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus bersifat obyektif, akurat dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada diri klien. Sehingga apabila diperlukan, dokumentasi ini dapat menunjukkan bahwa perawat telah mencatat dengan benar dan tidak bertentangan dengan kebijakan atau peraturan institusi pemberi layanan kesehatan.

BAB 3
METODE STUDI KASUS

3.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan Kasus.
3.1.1 Lokasi
Asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus dilakukan di Rumah Sakit Islam Samarinda.
3.1.2 Waktu
Asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus dilaksanakan dari tanggal 17 – 19 Agustus 2010.
3.2 Metode Pengambilan Kasus
Pengambilan kasus dilakukan dengan secara langsung melakukan anamnese pada Tn. A dengan Diabetes Melitus yang rawat inap di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda Kalimantan Timur.
3.3 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Ada 3 (tiga) metode yang digunakan dalam pengumpulan data (Nursalam, 2005)
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau Tanya jawab yang berhubungan dengan masalah Yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang di rencanakan. Tujuan wawancara dalam pengkajian data keperawatan : 1) Mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan, 2) meningkatan hubungan perawat- klien dalam komunikasi, 3) membantu klien untuk memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam idebtifikasi masalah dan tujuan, 4) Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian (Nursalam, 2005).
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui hasil pengamatan (melihat, meraba, atau mendengarkan) tentang kondisi klien dalam kerangka asuhan keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dan pengumpulan data laboratorium dan diagnostic mencakup pengumpulan obyektif, informasi yang dapat diamatiyang tidak di kaburkan oleh persepsi klien (patricia A. Potter, 2005). Pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan bersamaan dengan wawancara. Focus pengkajian fisik dilakukan perawat adalah pada kemampuan fungsional klien (Allen, 1998 ; Nursallam, 2001). Ada 4 (empat) tekni-k dalam pemeriksaan fisik (IPPA) inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Bates, 1991 ; Nursalam, 2001).
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistemik. Observasi dilaksanakan menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan klien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut.
Focus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, dan simetris. Pada inspeksi perlu membandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang : temperature, turgor, bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran.
c. Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan denagan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghaslkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat menghasilkan suara. Suara-suara yang di jumpai pada perkusi yaitu sonor, redup, pekak, dan hipersonor.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan stetoskop. Ada 4 (empat)
Ciri-ciri suara yang perlu di kaji dengan auskultasi :
1) Pitch ( dari suara tinggi kerendah )
2) Keras ( dari yang halus kekeras)
3) Kualitas ( meningkat sampai melemah )
4) lama ( pendek-menengah-panjang )
Adapun teknik pengumpulan data berdasarkan pengelompkan data, terdiri dari :
a. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh secara lansung dari klien bagaimanapun kondisi klien. Data tersebut dapat di peroleh walaupun klien tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi misalnya data tentang kebersihan diri (personal hygine), atau data tentang status kesadaran (lefel of concioness), pada klien dengan status kesadaran rendah (loss of concioness), dan sebagainya terlepas dari lengkap tidaknya data yang terkumpul dan sering juga kita kenal dengan data subyektif (Gaffar, La Ode Jumadi ,1999).
Data subyektif adalah informasi yang di ucapkan klien kepada perawat selama wawancara pengkajian keperawatn yaitu komentar yang di dengar oleh perawat. Data subyektif dapat juga di sebut gejala. Data subyektif atau gejala adalah fenomena yang di alami oleh klien dan mungkin suatu permlaan kebiasaan dari sensasi normal klien (Nursalam, 2005).
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien, seperti perawat, dokter, ahli gizi, ahli fisiotrapi, keluarga atau kerabat klien, catatan keperawatan, kardeks klien serta dari hasil pemeriksaan diagnostic lainnya (Gaffar, La Ode Jumadi ,1999).
Data sekunder sering disebut data obyektif yaitu data yang didasarkan pada fenomena yang dapat diawali dan dipertunjukan secara factual. Fenomena yang dapat diawali dikumpulkan oleh seseorang selain pada klien.

BAB 4
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Demografi
a. Biodata
Klien bernama Tn. A, berusia 56 tahun, berjenis kelamin laki – laki, bersuku jawa, beragama islam, pekerjaan swasta di salah salah satu perusahaan di bidang kelapa sawit daerah Tenggarong, alamat klien di Dusun jahab RT 09 Tenggarong, diagnosa medik : Diabetes Melitus, nomor RM : 33.20.92, tanggal masuk : 16 Agustus 2010, tanggal pengkajian : 17 Agustus 2010
b. Penanggung jawab
Bernama Ny. A, berusia 53 tahun, berjenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, hubungan dengan klien adalah istri.
4.1.2. Keluhan utama
“ Badan saya lemas”
4.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk Rumah Sakit Islam pada tanggal 16 Agustus 2010 pada pukul 23.00 wita dengan keluhan badan lemah dan pusing, oleh keluarga klien dibawa ke UGD Rumah Sakit Islam, oleh pihak UGD Tn. A di diagnosa Diabetes Melitus dan dianjurkan rawat inap di Ruang Ulin. Pada saat dikaji tanggal 17 Agustus 2010 pada pukul 09.00 wita klien mengeluhkan bahwa badan lemas sehingga aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat. Klien juga mengatakan tidak selera makan dan mengeluh susah tidur, klien hanya tidur kurang lebih 4-5 jam perhari. Klien juga sering mengalami pusing, skala nyeri 6, kualitas sedang dan nyeri timbul seperti berdenyut – denyut.
b. Riwayat kesehatan lalu
Dari kecil klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius maupun kecelakaan. Klien tidak ada alergi pada suhu dan klien tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan bebas.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit keturunan maupun penyakit menular lainnya.
Genogram






Keterangan:
: Laki-laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Klien
: Meninggal Dunia : Hubungan keluarga
Interpretasi:
klien merupakan anak ke 3 dari 7 bersaudara klien telah berumah tangga. Klien dirumah tinggal bersama istrinya.
4.1.4 Riwayat psikososial
Klien dapat berhubungan baik dengan tetangga disekitar rumahnya, klien mengatakan tidak memikirkan biaya Rumah Sakit karena sudah ditanggung oleh keluarga. Klien mengatakan “ Apakah penyakit saya ini bisa sembuh”. Klien sering bertanya tentang penyakitnya dan tampak bingung.
4.1.5 Riwayat spiritual
Klien jarang melaksanakan ibadah dan saat di rumah sakit klien hanya berdo’a agar cepat sembuh.
4.1.6 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien
Klien lemah. Tidak ada tanda-tanda distress, penampilan sesuai dengan usia. Bicara dan mood baik/sesuai. Dalam penampilan dan berpakaian klien cukup bersih.
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 ºC
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Tekanan darah : 140/80mmHg
GDS : 191 mg/dl
c. Sistem pernafasan
1) Hidung : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret atau polip yang menghalangi pernapasan.
2) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjer, tidak ada tumor, letak trachea lurus.
3) Dada : Bentuk dada normochest. Gerakan dada kiri dan kanan sama, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara nafas tambahan.
d. Sistem kardiovakuler
Conjungtiva tidak anemis, bibir tidak pucat, arteri carotis teraba, suara jantung S1 lup dan S2 dup dan Capillary Refilling Time (CRT ) < 3 detik. e. Sistem pencernaan Sklera tidak ikterik, bibir lembab, tidak ada stomatitis, bentuk abdomen rounded, tidak ada massa pada abdomen, tidak ada nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan kuadran kiri atas, keadaan anus baik. f. Sistem indera 1) Mata Kelopak mata tidak bengkak, keadaan bulu mata tidak terlipat masuk ke dalam, visus 6/6 lapang pandang > 180o


2) Hidung
Tidak ada perih pada hidung, tidak ada trauma maupun mimisan, tidak ada secret yang menghalangi penciuman.
3) Telinga
Daun telinga lengkap, tidak ada bekas operasi ditelinga, fungsi pendengaran baik, klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
4) Lidah
Klien dapat membedakan asin dan manis.
5) Kulit
Klien dapat merasakan rangsangan nyeri.
g. Sistem Persyarafan
1) Fungsi serebral
Kesadaran compos mentis dengan GCS : 14 : E4 M6 V4 ( E4: dapat membuka mata secara spontan, M6: dapat bergerak dan mengikuti perintah, V4: orientasi kurang)
2) Status mental
a) Orientasi : - klien dapat menjawab dengan benar tanggal, bulan, tahun dan hari ( hari Selasa tanggal 17 Agustus 2010 ).
b) Daya ingat : - Post memory ( klien dapat menyebutkan dimana ia sekolah dulu : SD )
- Recent memory ( klien dapat mengulangi
kembali nama benda yang telah disebutkan
oleh perawat : bantal, guling, selimut )
c) Fungsi bahasa : - klien dapat menyebutkan 2 benda : guling dan selimut
- klien dapat mengulangi kata-kata “tidak jika”.
- Klien mengikuti perintah dengan benar “tutup mata Anda”.
h. Bicara : ekspresive : bicara jelas.
i. Fungsi cranial
N.I / olfaktorius : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan minyak kapak
N.II / optikus : lapang pandang meluas > 180°, klien dapat melihat dengan visus 6/6.
N. III / oculomotorius : ada respon pupil terhadap cahaya.
N. IV / Trochlear : klien dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah.
N. V (trigeminus) : otot temporal dan masseter teraba pada saat mengunyah.
N. VI (abdusen) : klien bisa melihat kekiri dan kekanan tanpa menengok.
N. VII (fasialis) : klien dapat mengerutkan dahi, tersenyum menutup mata.
N. VIII (acusticus) : klien dapat mendengar bisikan perawat.
N. X (vagus) : gerakan ufula simetris saat klien mengatakan kata “ah”
N. XI (assesorius) : klien dapat melawan tahanan pada saat menoleh kesamping dan mengangkat bahu.
N. XII (hypoglosus) : klien dapat menelan, klien dapat mengerluarkan dan memasukkan lidah.
j. Fungsi motorik
Massa otot : Tidak terjadi atropi.
Tonus otot : Klien mengalami kesulitan untuk mengerakkan otot tangan dan kaki.
Kekuatan otot : 4 4
4 4

k. Fungsi sensorik
Klien dapat merasakan suhu panas dan dingin serta dapat merasakan rangsangan nyeri.
l. Fungsi cerebelum
Koordinasi baik dengan test telunjuk hidung.
m. Refleks
Ekstremitas atas ( ++ ).
Ekstermitas bawah ( ++ ).
n. Test meningen
Klien tidak mengalami kekakuan / kaku kuduk (-)

o. Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala normochepal, tidak ada kekakuan pada sendi tidak ada nyeri, tapi pada saat bergerak klien lemas. Klien tidak dapat berjalan hanya duduk dan berbaring di tempat tidur.
p. Sistem integumen
Rambut warna hitam merata diseruluh bagian kepala, kulit teraba hangat, turgor kulit baik, warna kuku merah muda, bentuk kuku normal dan bersih.
q. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada odema. sekresi urine berlebih terkadang air seni dikelilingi semut.
r. Sistem perkemihan
Tidak ada edema palpebra, wajah tidak ada moonface, tidak ada dysuria dan penyakit hubungan seksual.
s. Sistem reproduksi
Belum dikaji
t. Sistem imun
Klien tidak alergi terhadap cuaca, debu, bulu binatang maupun zat kimia.




4.1.7 Aktifitas sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum sakit, selera makan klien baik dengan menu makanan nasi, sayur dan ikan, dengan frekuensi 3 kali sehari dengan porsi 1 piring. Tidak ada pantangan makanan. Selama sakit, nafsu makan klien menurun karena klien tidak selera makan menu makan klien bubur lauk pauk dan sayur, klien hanya menghabiskan ± ½ porsi makan dari porsi yang disediakan, klien makan 3 kali sehari tidak ada kesulitan dalam makan, klien makan dibantu istrinya maupun perawat. BB klien sebelum sakit 75, dan saat sakit 69 Kg. Klien mengatakan “ saya tidak selera makan “
b. Cairan
Sebelum sakit, klien sering minum air putih dan senang sekali minum teh, frekuensi minum 6 - 8 gelas sehari (1200-1600 cc) perhari.klien tidak minum kopi. Selama sakit, klien hanya minum 6 sampaii 8 gelas air putih perhari (1600cc) dan ditambah cairan infus Rl 20 tetes permenit jumlah 1920cc perhari.
c. Eliminasi
Sebelum sakit, buang air besar 1 x 2 kali sehari dengan konsistensi lunak, tidak ada kesulitan pada saat BAB tempat pembuangan di WC. Frekuensi BAK 5-6 x sehari, tidak ada nyeri atau kesulitan dalam berkemih. Klien tidak pernah menggunakan obat-obatan untuk memperlancar BAB/BAK. Selama sakit, BAB 2-3 x/minggu dengan konsistensi lunak, BAK 3-4 x/hari, dengan jumlah kurang lebih 600 cc perhari. Tidak ada nyeri saat BAK.
d. Istirahat tidur
Sebelum sakit klien selalu tidur siang ± 1-2 jam perhari, klien tidur pada malam hari pukul 22.00 – 05.00, klien tidak pernah mengalami kesulitan tidur, klien selalu berdoa sebelum tidur. Selama sakit klien jarang bisa tidur dikarnakan kepala pusing dan sering terbangun malam hari. Klien tidur kurang lebih 4 -5 jam perhari. Mata merah. Klien mengatakan “ saya tadi malam kurang tidur “
e. Olahraga
Klien jarang melakukan kegiatan olahraga dan tidak ada program tertentu untuk olahraga.
f. Rokok/ alkohol dan obat-obatan
Klien tidak merokok, tidak pernah minum – minuman keras/ alkohol dan obat-obatan terlarang. Klien hanya mengkonsumsi obat-obatan dari rumah sakit.
g. Personal higiene
Sebelum sakit, klien mandi di kamar mandi 2 x sehari, gosok gigi, mencuci rambut dan dilakukan secara mandiri. Selama sakit klien hanya diseka di tempat tidur gosok gigi 2 x sehari. Selama dirumah sakit Semua aktifitas personal hygiene klien dibantu oleh istrinya.


h. Aktifitas / Mobilitas Fisik
Sebelum sakit, sehari-hari klien bekerja sebagai karyawan swasta, aktifitas klien mampu melakukan dengan baik dan mandiri. klien tidak menggunakan alat bantu dalam beraktifitas, semua aktifitas klien dilakukan secara mandiri. Selama sakit, aktifitas klien hanya sebatas ditempat tidur, klien menghabiskan waktu untuk beristirahat dan berbincang dengan istrinya. Aktifitas klien dibantu oleh istrinya dan perawat.
i. Rekreasi
Klien jarang untuk berkreasi klien hanya menonton tv di tumah dan tidak ada jadwal untuk berkreaksi klien hanya jalan untuk berkunjung ketempat keluarga atau saudaranya.











4.1.8 Tes Diagnostik
Hasil pemeriksaan kimia darah tangal 17 – 08 – 2010
Assays Result Ref.range
WBC : 4,6
RBC : 5.10
HGB : 14
HCT : 44,7
PLT : 138
PCT : 124
MCV : 88
MCH : 27.9
MCHC : 31.8
RDW : 12,6
MPV : 8.9
PDW : 13.9
DIFF: % LYM : 16.2 %
% MON : 6.3 %
% GRA : 77.5 % 103/mm
103/mm3
g/dl
%
L 103/mm
%
um3
g/dl
g/dl
%
um3
%
L
H (3,5-10,0)
(3,80-5,80)
(11,0-16,5)
(35,0-50,0)
(150-390)
(100-500)
(80-90)
(26,5-33,5)
(31,5-35,0)
(10,0-15,0)
(6,5-11.0)
( 10,0-.18,0)
( 17.0-48,0)
( 4,0-10,0)
(43,0-47,0)





4.1.9 Hasil cek laboratorium tanggal 16 – 08 -2010
a. Hasil pemeriksaan kimia darah
Assays Result Units Ref.range Details
Ureum ( urea )
Creatinin (Cf )
Glukosa (Glu)
Urit acid 22
1,2
191
4,2 Mg/ dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl 10 – 50
0,5 - 1,5
60 - 115
2,4 - 5,7

b. Pemeriksaan gula darah.
1) Glukosa (Glu) (17 – 08 – 2010) 172 Mg/dl
2) Glukosa (Glu) (18 – 08 – 2010) 164 Mg/dl
3) Glukosa (Glu) (19 – 08 – 2010 ) 151 Mg/dl

4.1.10 Therapy saat ini
Pemberian terapi obat Tn. A dengan Di Ruang Ulin tanggal 17 Agustus 2010.
No Therapy Dosis Pemberian
1.
2.
3.
4. IVFD Ringer AS
Renatax
Nevox
Celebrex 20tts/ menit
2x1 amp
2x1 tab
2x1 tab Intravena
Intravena
Oral
Oral



4.1.11 Klasifikasi data
Tabel 4.1 Klasifikasi data pada Tn. A di Ruang Ulin
No Data Subjektif Data Objektif
1.









2. “badan saya lemah”









“saya tidak selera makan”












- tonus otot : klien mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot tangan dan kaki/terjadi kelemahan otot,
Kekuatan otot : 4 4
4 4
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
- Aktivitas klien di bantu istrinya dan perawat

- klien menghabiskan ± ½ porsi makan saja yg disediakan
- selera makan menurun
- GDS : 191 mg/dl
- BB sebelum sakit 75 Kg dan saat sakit 69 kg

3





4.

“saya tadi malam kurang tidur”





“apakah penyakit saya ini bisa sembuh”


- klien tidur ± 4 -5 jam perhari
- mata merah
- Klien terlihat mengantuk
- Kepala klien pusing Kepala klien pusing skala nyeri 6 sedang

- klien bertanya – tanya tentang penyakitnya.
- Klien tampak bingung.











4.1.12 Analisa Data
Tabel 4.2 Analisa data pada Tn. A di Ruang Ulin
No. Data Etiologi Masalah
1
















2.























3.












4.












DS: “badan saya lemah”
DO:
- tonus otot : klien mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot tangan dan kaki /terjadi kelemahan otot,
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
Kekuatan
otot : 4 4
4 4
- Aktivitas klien di Bantu
Istri dan perawat.

DS: “saya tidak selera makan”
DO:
- klien menghabiskan ± ½ porsi makan saja yg disediakan
- selera makan menurun
- GDS : 191 mg/dl
- BB sebelum sakit 75 kg dan sesudah sakit, BB :69 kg








DS: “ Saya tadi malam kurang tidur karna kepala saya pusing”
DO:
- klien tidur ± 4 -5 jam perhari
- mata merah
- Klien terlihat mengantuk
- Kepala klien pusing skala nyeri 6 sedang


DS : “apakah penyakit saya ini bisa sembuh”
DO:
- klien bertanya – Tanya
tentang penyakitnya
- klien tampak bingung metabolisme lemah

penurunan berat badan

Menekan syaraf motorik ekstremitas atas dan bawah

Kelemahan fisik

Gg. Pola aktifitas







Hiperglikemia

Pemecahan lemak

Produksi badan keton meningkat

Gangguan keseimbangan asam basa

Ketoasidosis

Mual muntah

Intake inadekuat

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Nyeri

Merangsang RAS

Otak siaga

sadar

Gg. Pola tidur










MRS


Hospitalisasi


Sumber informasi kurang


Salah interprestasi informasi


Tidak mampu menerjemahkan informasi


Kurang pengetahuan Gg. Pola aktifitas











Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


















Gg. Pola tidur






















Kurang pengetahuan

4.1 Diagnosa Keperawatan
a. Kelelahan berhubungan penurunan produksi energi metabolik.
DS : “badan saya lemah”
DO: - tonus otot : klien mengalami kesulitan
untuk menggerakkan otot tangan dan kaki/terjadi kelemahan
otot, Klien hanya berbaring ditempat tidur
- Aktivitas klien di bantu istrinya dan perawat
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
Ditandai dengan :
DS : “saya tidak selera makan”
DO: - klien menghabiskan ± ½ porsi makan saja yg disediakan
- selera makan menurun
- GDS : 191 mg/dl
- BB : 75 kg sebelum sakit dan sesudah sakit 69 kg.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pusing pada kepala.
DS : “ Saya tadi malam kurang tidur karena kepala saya pusing”
DO: - klien tidur ± 4 -5 jam perhari
- mata merah
- Klien terlihat mengantuk
- Kepala klien pusing skala nyeri 6 sedang
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan kurang terpaparnya informasi.
DS : “apakah penyakit saya ini bisa sembuh”
DO:- klien bertanya – Tanya tentang penyakitnya
- Klien tampak bingung

















3.1 Perencanaan Keperawatan
Tabel 3.3 perencanaan Keperawatan pada Tn. A di Ruang Ulin
Hari /
Tanggal
Dx
Tujuan Intervensi Rasional
Selasa 17 Agustus 2010


























Selasa 17 Agustus 2010



















Selasa 17 Agustus 2010


















Selasa 17 Agustus 2010 1





























2























3




























4


























Klien akan dapat melakukan mobilitas secara mandiri pada tgl 18 Agustus 2010 dengan kriteria hasil:
S : klien me-
laporkan peningkatan melakukan aktivitas sederhana sendiri (makan dan minum)
O : Klien dapat beraktivitas walaupun di atas tempat tidur
- massa otot : normal

Klien akan dapat menunjukkan masukan nutrisi yang adekuat dalam waktu
1 X 24 jam dengan KH:
S : Klien dapat
melaporkan
nafsu makan
meningkat
O:- Klien dapat
Menghabiskan
Semua porsi
makanan
yang diberikan
- periksa GDS
BB meningkat

Klien akan dapat menunjukkan pola tidur adekuat dalam waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil :
S: Klien Me-
laporkan
peningkatan
kualitas
tidurnya
O : - Klien tenang
- Wajah klien rileks
- Tidak terdapat lingkaran hitam dibawah mata
- Klien tidur kurang lebih 6-8 jam perhari

Klien akan dapat mengungkapkan pemahaman ttg penyakitnya pada tgl 19/08/10 dengan kreteria hasil :
S: Klien men-
gatakan bahwa
klien sudah
mengerti apa
yang telah
disampaikan
O: -klien mengerti
tentang
penyakitnya
- klien tidak
bertanya-
Tanya lagi



1.1 Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas


1.2.Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
1.3Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

1.4.Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
1.5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari

2.1 Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2.2 Anjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering secara bertahap
2.3 Anjurkan makan selagi masih hangat
2.4 Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki klien
2.5.Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah



3.1.Kaji pola tidur klien
3.2.Tingkatkan tirah
baring
3.3.Berikan klien
lingkungan yang
tenang(hindarkan
dari kebisingan)
3.4.Berikan posisi yang nyaman (semifowler )


3.5.Jelaskan tentang
kebutuhan tidur







4.1.kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
4.2.Ciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan
4.3.Diskusikan bersama ttg rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
4.4Berikan penjelasan ttg penyakit klien
4.5.Gunakan untuk membantu dalam penjelasan,seperti lembar balik,poster 1.1 Pendidikan dapat memotivasi klien untuk melakukan personal hygiene dan aktivits
1.2.Mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan

1.3Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
1.4. Pasien akan dapat banyak melakukan kegiatan dengan penurunan energi setiap kegiatan
1.5.Menigkatkan kepercayaan diri positiv sesuai tignkat aktivitas

2.1 Mengkaji pemasukan makan yang adekuat
2.2 Untuk mencegah muntah


2.3 Untuk menambah selera makan
2.4. Kerjasama ini dapat dilanjut kan setelah klien pulang

2.5 Memantau kadar gula dalam darah




3.1Untuk mengetahui
pola tidur klien
3.2.Agar klien mudah
tertidur
3.3.Lingkungan yang
tenang membuat
klien mudah
beristirahat
3.4.Kenyamanan akan
meningkatkan
keinginan untuk
tidur
3.5.Mempermudah
bekerja sama
dengan klien dalam
proses perawatan





4.1.Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
4.2.BHSP diperlukan selama komunikasi berlangsung pada saat perawatan



4.3.Kesadaran ttg pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan.

4.4Meningkatkan pengetahuan klien
4.5.Untuk memfokuskan dalam penyampian data


4.4 Implementasi keperawatan
Tabel 4.4 implementasi keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Mellitus
No Hari/ Tanggal Dx Kep. Tindakan Evaluasi

1






































2.


































3.







Selasa, 17 Agustus 2010

12.00

09.00

10.20


10.30


12.00




12.30








13.00






14.00



Rabu, 18 Agustus 2010
07.15

09.05

10.00


11.30


12.00

09.00

12.30



13.00




13.10

14.00






Kamis, 19 Agustus 2010
07.30

09.00

10.00


11.00


12.10




12.30

13..00

13.15




13.30





14.00
I










II







III








IV










I









II






III







IV









I









II







III






IV
1.Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas

2.Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
3.Memantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

4.Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Meningkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari

1.Menimbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2.Menganjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering secara bertahap
3.Menganjurkan makan selagi masih hangat
4.Mengidentifikasi makanan yang disukai / dikehendaki klien
5.Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

1.Mengkaji pola tidur klien


2.Meningkatkan tirah baring
3.Memberikan klien lingkungan yang tenang (hindarkan dari kebisingan)
4.Memberikan posisi yang nyaman (posisi semifowler )
5.Menjelaskan tentang kebutuhan tidur

1.Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2.Menciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan

3.Diskusikan bersama tentang rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
4.Berikan penjelasan tentang penyakit klien
5.gunakan untuk membantu dalam penjelasan, seperti lembar balik, poster

1.Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
2.Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
3.Memantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

4.Mendiskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari

1.Menimbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2.Menganjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering secara bertahap.
3.Menganjurkan makan selagi masih hangat
4.Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki klien
5.Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

1.Mengkaji pola tidur klien

2.Memberikan klien lingkungan yang tenang (hindarkan dari kebisingan)
3.Memberikan posisi yang nyaman (semi fowler)
4.Menganjurkan kepada keluarga klien untuk membatasi jam besuk

1.Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2.Menciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan
3.Mendiskusikan bersama tentang rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
4.Memerikan penjelasan tentang penyakit klien
5.gunakan untuk membantu dalam penjelasan, seperti lembar balik, poster

1.Mendiskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
2.Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
3.Memantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

4.Mendiskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar mandi atau berpindah tempat.
5.Meningkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari – hari

1.Menimbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2.Menganjurkan klien makan dengan porsi kecil tapi sering secara bertahap
3.Menganjurkan makan selagi masih hangat
4.Mengidentifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik kultur
5.Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

1.Mengkaji perubahan tidur klien

2.Membatasi pengunjung dan kurangi kebisingan
3.Menyarankan kepada klien untuk mengatur posisi senyaman mungkin ketika akan tidur
4.Jelaskan tentang kebutuhan tidur

1.Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga

2.Menciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan
3.Mendiskusikan bersama tentang rencana diet penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah
4.Memberikan penjelasan tentang penyakit klien
5.Menggunakan untuk membantu dalam penjelasan, seperti lembar balik, poster



- kurangi aktivitas yang menguras energi yang terlalu banyak seperti berjalan
- Membatasi aktivitas klien agar tidak kelelahan

- TD: 130/80 mmHg, Temp: 36, C, RR: 22 x/ menit,
Nadi: 88 x/rmenit
- Klien mendengarkan dan mengikuti anjuran perawat dan keliatan lebih segar
- Klien mengikuti anjuran perawat


- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat

- Klien masih makan ½ porsi yang telah di sediakan
- Klien masih belum mau makan

-GDS : 191 mg/dl

- Klien tidur kurang lebih 4 jam tadi malam, klien
tidak ada tidur siang, klien sering terbangun saat
tidur
- Klien mengikuti anjuran perawat
- Klien terlihat lebih tenang

- Klien terlihat lebih nyaman
- klien mendengarkan penjelasan perawat

- Klien belum mengerti tentang penyakitnya
- Klien menceritakan semua masalah tentang masalahnya dan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
- Klien mau berdiskusi dengan perawat


-Klien mendengarkan penjelasan dari perawat
- klien lebih fokus dengan penjelasan perawat


- Klien kelihatan segar dan tidak lemah lagi
- Membatasi aktivitas klien agar tidak kelelahan

- TD: 130/80 mmHg, Temp: 36, C, RR: 24 x/ menit,
Nadi: 92 x/rmenit
- Klien mengerti penjelasan perawat, menghemat kalori dengan cara mandi dengan duduk
- Klien sudah tidak merasa kelelahan


- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat

- Klien masih makan ½ porsi yang telah di sediakan
- Klien masih belum mau makan
-GDS : 172 mg/dl

- Klien tidur kurang lebih 5 jam tadi malam, klien sering terbangun saat tidur
- Klien tidur siang kurang lebih 1 jam

- Klien terlihat lebih tenang
- Keluarga klien mengikuti anjuran perawat


-Klien mendengarkan penjelasan perawat
- Klien bercerita tentang masalahnya dan klien bercerita semua masalahnya
- klien bartanya makanan apa aja yang bisa di konsumsi dan tinggi serat

-Klien bertanya tanda-tanda kencing manis
- klien lebih fokus dengan melihat poster


- Klien mengurangi aktivitas yang menguras energi
- Klien tidak merasa kelelahan dan kelihatan lebih segar
- TD: 120/80 mmHg, Temp: 36, C, RR: 22 x/ menit,
Nadi: 86 x/rmenit
- Klien tidak mengikuti anjuran perawat

- Klien mengurangi aktivitas yang menguras energi seperti mandi dan berpindah tempat

- BB : 69 kg
- Klien mengikuti anjuran perawat
- Klien masih makan ½ porsi yang telah di sediakan
- Klien makan selagi hangat
- Klien merasa nafsu makannya ada

-GDS : 151 mg/dl

- Klien tidur 6 – 7 jam dan klien tadi malam tidurnya nyenyak sekali
- Memberlakukan jam besuk
- Klien dapat tidur dengan nyaman dan tenang

- klien mendengarkan perawat

- Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kencing manis
- Klien bercerita bahwa dirinya sudah sehat dan mau pulang
- Klien dan keluarga sangat antusias terhadap diskusi tentang diet makanan tinggi serat

-Klien mengerti penjelasan dari perawat
- klien melihat gambar yang ada di poster


4.5 Evaluasi keperawatan
Tabel 4.5 Evaluasi pada Tn. A di Ruang Ulin
No Hari/ Tanggal Dx Kep. Evaluasi (SOAP)
1


















2















3













4.















1.
















2














3.












4.






1






2












3
Selasa,17 Agustus 2010
















Selasa,17 Agustus 2010













Selasa,17 Agustus 2010











Selasa,17 Agustus 2010













Rabu,28 Agustus 2010














Rabu,18 Agustus 2010












Rabu,18 Agustus 2010










Rabu,18 Agustus 2010



Kamis,19 Agustus 2010




Kamis,19 Agustus 2010










Kamis,19
Agustus 2010










I


















II















III













IV















I
















II














III












IV





I






II












III












S:
O:




A:


P:









S:
O:


A:


P:








S:
O:


A:

P:







S:
O:

A:


P:










S:
O:



A:
P:










S:
O:



A:


P:








S:
O:

A:
P:








S:
O:
A:
P:


S:
O:


A:
P:

S:
O:

A:
P:








S:
O:


A:
P:





“Badan saya lemah”
- tonus otot : klien mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot tangan dan kaki / terjadi kelemahan otot,
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
- Aktivitas klien di bantu istrinya dan perawat.
Kelelahan mengenai kesulitan dalam beraktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic
Lanjutkan intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup
3. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
4. Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar
mandi atau berpindah tempat.
5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas
sehari – hari
“Saya tidak selera makan”
- klien menghabiskan ± ½ porsi makan saja yg disediakan, selera makan menurun
- GDS : 191 mg/dl, BB : 69 kg.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh mengenai peningkatan metabolisme protein berhubungan dengan penurunan ambilan insulin.
Lanjutkan intervensi :
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2. anjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering
secara bertahap
3. anjurkan makan selagi masih hangat
4. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki
klien
5. Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

“ Saya tadi malam kurang tidur”
- klien tidur ± 4 -5 jam perhari
- mata merah, Klien terlihat mengantuk
- Kepala klien pusing
Gangguan pola tidur mengenai kepala pusing berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh.
Lanjutkan intervensi:
1. Kaji pola tidur klien
2. Tingkatkan tirah baring
3. Berikan klien lingkungan yang tenang(hindarkan
dari kebisingan)
4. Berikan posisi yang nyaman (posisi semifowler )
5. Jelaskan tentang kebutuhan tidur

“Apakah penyakit saya ini bisa sembuh”
- klien bertanya – tanya tentang penyakitnya
- klien tampak bingung
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya mengenai DM berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Lanjutkan intervensi :
1. kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Ciptakan lingkungan saling percaya mendengarkan
penuh perhatian, selalu ada untuk perasaan
3. diskusikan bersma ttg rencana diet penggunaan
makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan
makan di luar rumah
4. berikan penjelasan ttg penyakit klien
5. gunakan untuk membantu dalam penjelasan,seperti
lembar balik,poster
“Badan saya masih lemah”
- tonus otot : klien mengalami kesulitan untuk menggerakkan otot tangan dan kaki terjadi kelemahan otot,
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
kelelahan
Lanjutkan intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien akan kebutuhan aktifitas
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup
3. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas
4. Diskusikan cara menghemat energi ketika ke kamar
mandi atau berpindah tempat.
5.Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas
sehari – hari

“saya masih malas makan ”
- klien makan ½ porsi yang telah di sediakan,
- GDS : 172 mg/dl
- BB : 69 kg
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Lanjutkan intervensi :
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2. anjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering
secara bertahap
3. anjurkan makan selagi masih hangat
4. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki
klien
5. Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

“ Saya tadi malam tidak bisa tidur”
- klien tidur ± 4 -5 jam perhari, klien sering terbangun
- mata merah, Klien terlihat mengantuk
Gangguan pola tidur
Lanjutkan intervensi:
1. Kaji pola tidur klien
2. Tingkatkan tirah baring
3. Berikan klien lingkungan yang tenang(hindarkan
dari kebisingan)
4. Berikan posisi yang nyaman (kepala semifowler dan
kaki ditekuk )
5. Jelaskan tentang kebutuhan tidur

“Saya sudah mulai mengerti tentang penyakit saya”
- klien tidak bertanya lagi
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya sudah terpenuhi.
Hentikan intervensi

“ badan saya udah enakan”
-klien kelihatan segar
-klien tidak lemas lagi
-aktivitas dilakukan mandiri
Kelemahan teratasi
Hentikan intervensi

“Saya sedikit dikit mulai makan”
- klien menghabiskan hampis semua dari porsi yang di sediakan. GDS : 151 mg/dl, BB : 69 kg
Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Lanjutkan intervensi :
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
2. anjurkan klien makan dg porsi kecil tapi sering
secara bertahap dg waktu 2- 5 menit
3. anjurkan makan selagi masih hangat
4. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki
termasuk kebutuhan tetnik kultur
5. Berkolaborasi dengan pemeriksaan gula darah

“ Tidur saya tadi malam nyeyak sekali”
- klien tidur ± 6 -7 jam perhari
- mata tidak merah, Klien tidak terlihat mengantuk
- klien kelihatan lebih segar
Gangguan pola tidur teratasi
Hentikan intervensi:



BAB 5
PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menguraikan pembahasan kasus yang dilaporkan dan akan membandingan hasil tinjauan kasus pada klien Diabetes Melitus Laseratum dengan tinjauan kepustakaan yang ada. Pengamatan kasus ini merupakan kenyataan yang terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus sedangkan tinjauan kepustakaan merupakan konsep dasar dari teori asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus.
Pembahasan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5.1 Pengkajian
Pada pengkajian fisik secara teori sistem aktivitas dan istirahat ditemukan letargi atau koma namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A, klien hanya mengalami kesulitan aktivitas dan status kesadaran compus mentis dikarenakan tingkat keparahan penyakit pada klien belum terlalu parah.
Pada pengkajian fisik secara teori sistem sirkulasi ditemukan takikardia namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A karena kondisi Tn. A belum terlalu parah dan aktivitas klien hanya ditempat tidur sehingga aktivitas jantung tidak terlalu berat
Pada pengkajian fisik secara teori sistem sirkulasi ditemukan hipertensi namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A dikarenakan klien sering mengkonsumsi air putih dan adanya terapi cairan sehingga cairan dalam darah klien tidak mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Pada pengkajian fisik secara teori sistem Neurosensori ditemukan nyeri kepala namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus ditemukan pada klien dikarenakan adanya peningkatan vaskularisasi serebral sehingga terjadi nyeri kepala tersebut mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, dan kelemahan ( Brunner & suddarth, 2002 )
Pada pengkajian fisik secara teori sistem neurosensori ditemukan gangguan penglihatan namun pada saat pengkajian secara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A, dikarenakan belum terjadi gangguan pada retina yang membuat klien dapat mengalami gangguan penglihatan.Mikrovaskuler ditandai oleh penebalan membran basalis mengelilingi sel – sel endotel kapiler dalam pembuluh darah kecil pada retina mata, retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi ke otak. ( Pery & potter, 2005 )
Pada pengkajian fisik secara teori keamanan ditemukan ulkus kulit namun pada saat pengkajian scara tinjauan kasus tidak ditemukan pada Tn. A dikarnakan belum terjadi gangguan kulit atau belum terjadinya proses infeksi. Adanya neuropati diabetikum akan menyebabkan seorang pendetita diabetes mellitus kurang/ tidak merasakan adanya trauma baik mekanis, lesi atau uiserasi yang kemudian mikrooganisme menyebabkan infeksi atau gangren yang akan menyebabkan penurunan sensasi ( rasa raba, panas, dingin ,nyeri ) . Guyton & Hall, 2000 )
Tidak menutup kemungkinan semua tanda dan gejala yang terdapat dalam teori akan ditemukan juga pada Tn. A karena pada setiap penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami komplikasi.

5.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/proses kehidupan yang potensial atau aktual
Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, kemampuan klien mencegah atau menghilangkan masalah.
Berdasarkan teori yang diuraikan oleh Doenges, ME ( 2000 ) diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada klien Diabetes Melitus :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperalikemia).
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaanglukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak).
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
d. Perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endosen = ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati.
g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus didapatkan 4 (empat) diagnosa, hal ini disebabkan kurangnya data yang muncul dibandingkan data yang seharusnya ada pada setiap kasus Diabetes Melitus. Adapun diagnosa yang dapat di tegakkan pada Tn. A adalah :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
b. Kelelahan berhubungan penurunan produksi energi metabolik
c. Gangguan pola tidur b/d nyeri pusing pada kepala.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurang terpaparnya informasi.
Setelah membandingkan antara diagnosa keperawatan pada tinjauan teori dengan diagnosa keperawatan yang penulis angkat pada Tn. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Ulin Rumah Sakit Islam Samarinda, maka didapat kesenjangan yaitu ada 4 3 diagnosa yang tidak ditemukan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus yaitu antara lain :
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori klien dengan diabetes mellitus ialah Kekurangan volume cairan namun pada tinjauan kasus tidak dapat ditegakkan dikarenakan data yang menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut seperti penurunan tekanan darah, turgor kulit yang jelek, dan membran mukosa yang kering tidak,takikardi.( marilynn E. Doenges. 1999).
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori klien dengan diabetes mellitus ialah perubahan sensori perseptual namun pada tinjauan kasus tidak dapat ditegakkan dikarenakan klien masih dalam keadaan sadar secara compos mentis dan tidak mengalami kerusakan sensori.

Diagnosa yang timbul pada waktu pengkajian ialah Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh sehingga klien kesulitan untuk tidur karena klien merasakan nyeri sakit kepala kemudian menstimulus pada jaringan proses ini disebut transduksi/ aktivis reseptor selanjutnya ditransmisikan menuju susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri (ilmu penyakit dalam,edisi IV )

Diagnosa dari kenyataan yang ada di tinjauan teori tidak mutlak sama dengan kasus yang ditemukan di lahan praktik, hal ini sesuai dengan berat ringannya suatu penyakit dan daya tahan tubuh penderita khususnya pada penderita Diabetes Mellitus yang sedang dibahas.




5.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena akan menentukan dalam keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, dalam menentukan prioritas masalah pada klien Tn A. Berdasarkan keadaan klien dan merujuk pada Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow, tujuan asuhan keperawatan pada klien Tn A yang penulis tetapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan adalah berdasarkan penyakit yang sedang dialami klien, dalam menetapkan rencana tindakan penulis merujuk pada teori yang relevan dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi klien.
Pada diagnosa kelelahan berhubungan penurunan produksi energi metabolic kurang energi yang berlebihan ketidakmampuan mempertahankan rutinitas biasanya. .( marilynn E. Doenges. 1999).
Pada diagnosa perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang di buat yaitu mengkaji status nutrisi, menganjurkan makan sedikit tapi sering secara, menganjurkan makan selagi masih hangat.
Pada diagnosa keperawatan Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh: semua intervensi yang ada pada teori ditulis

5.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Vulnus laseratum mengacu pada rencana keperawatan Doenges, ME (2000) berdasarkan diagnosa yang diangkat sedangkan dalam pelaksanaan tindakan pada kasus klien Tn A semua juga telah mengacu pada teori.
Dalam pelaksanaan tindakan perawatan ini penulis menemukan beberapa faktor penunjang diantaranya adalah respon klien yang baik, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka, mudah menerima saran perawat, serta tanggapan yang baik dari dokter dan perawat ruangan kepada penulis dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan klien.

5.5 Evaluasi
Evaluasi adalah akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan, baik berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil .
Hasil akhir yang diharapkan dari pasien Diabetes Melitus pada teori Doenges, ME (2000) yaitu komplikasi dapat dicegah/minimal, lemas berkurang, kurang pengetahuan pada pasien/keluarga dapat berkurang atau teratasi.
Sedangkan dalam kasus Tn A dari empat diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien Tn A dengan pasien Diabetes Melitus, setelah dilakukan evaluasi seluruh diagnosa hasilnya sesuai dengan batasan waktu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pada diagnosa kelelahan belum teratasi di karenakan klien masih menunjukkan tanda-tanda kelelahan seperti badan lemah, aktivitas masih dibantu keluarga dan juga klien masih belum nafsu makan sehingga energi untuk aktivitas klien belum maksimal
Kemudian pada diagnosa kedua, juga belum teratasi karena klien masih kurang nafsu makan, berat badan belum dalam batas normal di tambah waktu perawatan yang dilakukan penulis hanya 3 hari, sehingga perawatan tidak maksimal.
Pada diagnosa ke 3 dapat teratasi yaitu kurang tidur teratasi pada tanggal 19 Agustus dengan analisa data : pola tidur 6 – 8 jam/hari, Klien tidak mengantuk , klien rileks. Sehingga istirahat/tidur klien sesuai kebutuhan tubuh.
Pada diagnosa keempat, hambatan yang ditemukan oleh perawat dalam tahap evaluasi yaitu pertanyaan yang diajukan perawat banyak yang dijawab oleh keluarga sedangkan klien banyak menjawab dengan jawaban singkat (ya / tidak) sehingga penulis tidak jelas dalam respon subyektif klien.

BAB 6
PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

6.1 Simpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes melitus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencakup pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaaan, penatalaksanaan keperawatan serta evaluasi maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengkajian telah dilakukan pada klien Tn. A dengan Diabetes Mellitus melalui tahap pengkajian data terdiri dari data demografi, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat psikososial, riwayat spiritual, pemeriksaan fisik persistem, aktivitas sehari – hari, mengklasifikasi data dan menganalisa data.
a. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Tn. A dengan Diabetes Mellitus disesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 4 diagnosa keperawatan yaitu: (1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, (2) kelelahan, (3) Gangguan pola tidur, (4) Kurang pengetahuan
b. Pada intervensi atau rencana tindakan pada Tn. A dengan diabetes mellitus, adalah rencana tindakan atau intervensi yang dibuat berdasarkan dari diagnosa keperawatan yang muncul.
c. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat dan dalam melakukan perawatan membutuhkan perawatan yang baik untuk menghindari terjadinya komplikasi.
d. Evaluasi SOAP terhadap proses yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi klien
e. Setelah melakukan proses keperawatan selanjutnya adalah pendokumentasian yang meliputi serangkaian proses keperawatan

6.2 Saran
Saran-saran yang penulis berikan untuk perbaikan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
a. Bagi ilmu pengetahuan ( Akademik dan Ilmiah )
Dapat menambah literatur yang ada diperpustakaan mengenai buku-buku penunjang terutama buku mengenai tentang Diabetes melitus
b. Bagi Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama tentang masalah Diabetes Melitus
c. Pelayanan kesehatan masyarakat dan klien
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga klien terhadap cara perawatan setelah pulang kerumah terutama tentang Diabetes Melitus.

d. Bagi perkembangan profesi keperawatan
Dapat melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif secara bio, psiko, sosial, spiritual dan sesuai dengan konsep dari Diabetes Melitus

2 komentar: